In Bali

In Bali
"Good view"

Rencana Penelitian



STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR PADA LANSKAP PERKOTAAN
STUDI KASUS : DAS KALI BEKASI  SUB DAS CIKEAS

SABAHAN
NRP : A451090061

DEPARTEMAN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia sebagai sebuah negara berkembang, memiliki kerentanan terhadap manajemen sumberdaya air yang ada. Air yang memiliki fungsi pokok penunjang kehidupan manusia, saat ini telah mengalami degradasi pada kuantitas dan kualitasnya. Migrasi penduduk dan industrialisasi yang merupakan wujud nyata perkembangan berbagai bentuk kehidupan manusia, telah memicu adanya fenomena perubahan iklim global, kondisi ini berpotensi meningkatkan bencana alam dan krisis ketersediaan air bersih.

Upaya antisipasi dampak perubahan iklim terhadap sumberdaya air tentu tidak bisa hanya dilaksanakan oleh pemerintah, tetapi masyarakat dan semua stakeholder harus terlibat. Dalam ketentuan Pasal 70 UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dijelaskan, bahwa salah satu wujud implementasi manajemen sumberdaya air adalah melalui pemberdayaan masyarakat, yang dapat dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan kelompok masyarakat. Oleh sebab itu, seluruh stakeholder harus memiliki pemahaman yang komprehensif demi kesejahteraan bersama.

Kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan DAS seharusnya mendorong dilaksanakannya praktek-praktek pengelolaan lahan yang kondusif terhadap pencegahan degradasi tanah dan air. Harus selalu disadari bahwa biaya yang dikeluarkan untuk rehabilitasi DAS jauh lebih mahal daripada biaya yang dikeluarkan untuk usaha-usaha pencegahan dan perlindungan DAS.

Berkurangnya daerah resapan air akibat penebangan hutan dan konversi lahan mengakibatkan air tidak dapat meresap ke dalam tanah namun mengalir deras di batang sungai Kali Bekasi, dari hulu menuju hilir. Padahal, DAS Kali Bekasi di daerah hulu tidak terlalu lebar, apalagi jika ditambah dengan adanya penyempitan akibat pembangunan. Maka hal tersebut dapat menyebabkan air hujan meluap ke wilayah sekitar. Akhirnya banjir dan longsor di daerah hulu akan terjadi.
Proses hidrologi yang terjadi di suatu Daerah Aliran Sungai berkaitan dengan terjadinya erosi, transpor sedimen, dan deposisi sedimen di bagian hilir. Perubahan tata guna lahan dan praktek pengelolaan DAS juga akan mempengaruhi terjadinya erosi dan sedimentasi.
Berbagai permasalahan yang terjadi pada tanah dan air di sekitar daerah aliran sungai menandakan belum optimalnya pengelolaan sumber daya tersebut. Pengelolaan yang baik hendaknya berorientasikan ekologis. Capra (1994; 2001) dalam Dharmawan (2007) memperkenalkan empat prinsip ekologi yaitu: kesaling-tergantungan, jaring kerja (networks), kerja sama (partnership), fleksibilitas, dan keanekaragaman. Prinsip kesalingtergantungan meliputi sifat saling terkait antar anggota komunitas ekologi dan pemikiran sistem. Jejaring kerja (network) merupakan analisis mengenai jaring kerja antar anggota yang membentuk pola-pola tertentu dalam proses ekologi. Kerja sama (partnership) menggambarkan tentang kemitraan dan proses pelestarian. Sedangkan fleksibilitas berhubungan dengan kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan sekitar, keseimbangan dinamis (stabilitas versus perubahan, keteraturan versus kebebasan, dan tradisi versus inovasi). Dan keanekaragaman meliputi pengkajian keberagaman hubungan, dan solusi multi-dimensi.

B.     Tujuan
1.      Mengidentifikasi aspek biofisik pada DAS Kali Bekasi Sub DAS Cikeas
2.      Memperoleh input dalam memformulasikan teknik dan kebijakan pengelolaan sumber daya air yang tepat pada DAS Kali Bekasi Sub DAS Cikeas
3.      Menawarkan alternatif solusi dalam mengatasi permasalahan sumber daya air khususnya pada DAS Kali Bekasi Sub DAS Cikeas berorientasikan prinsip ekologis.

C.    Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini antara lain adalah :
1.   Pedoman  pengelolaan sumber daya air dalam usaha peningkatan perannya sebagai penyeimbang iklim.
2.   Pengembangan penelitian dalam bidang pengelolaan sumber daya air berbasisi ekologis.
3.   Dasar pertimbangan dalam penentuan kebijakan dalam pengelolaan sumber daya air pada daerah urban tropis.

D.     Kerangka Pemikiran
Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat di derah perkotaan,  maka dapat diperkirakan bahwa pada tahun-tahun mendatang daerah perkotaan akan terus mengalami pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana menuju kondisi kota yang lebih kompleks, sehingga aktivitas masyarakat kota juga akan mengalami peningkatan. Hal tersebut tentulah akan menimbulkan perubahan pada kualitas lingkungan hidup di perkotaan yang selanjutnya akan menghasilkan lingkungan hidup dengan kualitas yang rendah dan tidak memenuhi syarat sebagai lingkungan hidup yang baik, nyaman dan sehat. Dengan kondisi yang demikian, maka diperlukan berbagai solusi alternatif agar didapatkan keseimbangan lingkungan, yang salah satunya adalah dengan pengelolaan sumber daya air yang berbasis ekologis.


E.      Hipotesa

Hipotesa adalah kesimpulan yang bersifat sementara yang ada dalam perumusan masalah. Berdasarkan penilaian sementara dari penulis, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa permasalahan tingginya luapan air pada saat musim penghujan dipengaruhi oleh manajemen sumberdaya air pada sub DAS Cikeas yang masih belum relevan.

 
     BAB II 
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Lokasi Studi
Studi ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai Kali Bekasi Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Daerah studi ini seluas 1.530,329 Ha atau 15,303 Km2. dengan fokus penelitian pada kawasan Sentul City Bogor. Dasar pemilihan lokasi didasarkan pada ketersediaan data yang dibutuhkan.
B.     Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengamatan di lapangan dan studi literatur. Alat dan bahan yang digunakan antara lain Geografic Possisioning System (GPS) untuk tracking posisi dan deleniasi kawasan penelitian, alat tulis, lembar kuisioner dan kamera untuk mencatat dan merekam hasil survei lapangan dan wawancara dengan masyarakat. Selain itu juga digunakan perangkat lunak untuk analisis spasial berupa Arc View GIS.

C.    Tahapan Penelitian
Tahapan Pengumpulan Data
1.  Data primer
                 Data yang diperoleh dari penelitian secara langsung terhadap obyek.
2.  Data Sekunder
Data yang diperoleh dengan membaca referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.



Metode pengumpulan data meliputi kegiatan :
1. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian.
2. Wawancara atau interview
Mengadakan wawancara secara langsung dengan berbagai pihak yang terkait, yang dapat memberikan data-data yang diperlukan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui catatan perusahaan yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Metode Analisa Data

Di dalam analisa data digunakan dua metode analisa data yaitu :
a.       Analisa kualitatif
Yaitu analisis yang dilakukan dengan membaca table grafik atau angka-angka yang ada, kemudian dilakukan interpretasi yang dilandasi teori yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas.

b.      Analisa kuantitaif
Yaitu analisis yang menggunakan alat pengukur statistic seperti analisa regresi linier berganda, analisa standar error of estimate uji regresi serentak, analisa koefisien determinasi, analisa koefisien korelasi berganda, analisis koefisien korelasi parsial
Data-data yang Diperlukan
Data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan studi sesuai dengan batasan dan perumusan masalah seperti pada bab I adalah sebagai berikut :
  1. Data curah hujan dari tahun 2000-2010 diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Kabupaten Bogor.
  2. Peta Topografi skala 1:25.000 dari BAKOSURTANAL.
  3. Peta batas DPS dan jaringan sungai sub DPS Cikeas diperoleh dari BP DAS.
  4. Peta tataguna lahan Kabupaten Bogor skala 1:25.000 diperoleh dari Badan Pembanguan Daerah Kabupaten Bogor.
  5. Peta jenis tanah Kabupaten Bogor skala 1:25.000 diperoleh dari Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB Bogor.
  6. Peta solum tanah, peta tekstur tanah, dan peta struktur tanah skala 1:25.000 diperoleh dari Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Bogor.
  7. Data pengambilan contoh tanah dan analisa butiran metode hidrometer diperoleh dari Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Bogor.
Tahapan  Analisa Hidrologi
Analisis hidrologi digunakan untuk menguji konsistensi data hujan yang diperoleh dengan menggunakan teknik lengkung massa ganda. Data hujan yang tidak konsisten biasanya disebabkan karena perubahan atau gangguan lingkungan di sekitar tempat penakar hujan tersebut dipasang, misalnya, penakar hujan terlindung oleh pohon, terletak berdekatan dengan gedung tinggi, perubahan cara penakaran dan pencatatan, pemindahan letak penakar dan sebagainya, sehingga memungkinkan terjadi penyimpangan terhadap trend semula.
Data curah hujan yang diperoleh harus terlebih dahulu diuji konsistensinya sebelum digunakan untuk perhitungan selanjutnya, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
  1. Membuat kumulatif data hujan tahunan stasiun yang akan diuji.
  2. Membuat rata-rata tahunan dari data hujan stasiun pembanding.
  3. Membuat kumulatif data hujan tahunan stasiun pembanding.
  4. Ploting data masing-masing data hujan diatas pada Chart MS Excel.
  5. Menarik garis regresi diantara titik-titik tersebut.
  6. Analisa apakah ada penyimpangan garis yang terjadi.
  7. Jika terjadi penyimpangan data asli dikoreksi menggunakan rumus :
Hz = (tg  . tg o-1) . Ho (3 - 1).
Metode Pengolahan DTM/DEM
Pengolahan DEM/DTM pada studi ini digunakan untuk mendapatkan peta kontur dalam format grid dari peta topografi digital dengan skala 1:25.000. Kemudian dari DEM dalam format grid tersebut akan digunakan dalam analisa spasial untuk melakukan perhitungan arahan penggunaan lahan, erosi, hasil sedimen, dan indeks potensi erosi.
Metode Pengolahan RHA
Kondisi hidrologis DAS Kali Bekasi sub DAS Cikeas dikaji dengan menggunakan metode ‘Rapid Hydrological Appraisal (RHA)’(Penilaian Cepat Hidrologis= PCH) (Jeanes, 2006). RHA adalah instrumen pelingkupan untuk menilai fungsi/kondisi hidrologi suatu daerah aliran sungai (DAS). RHA akan berguna sebagai pendukung negosiasi terkait hubungan hulu-hilir dalam DAS untuk penerapan jasa lingkungan, dan (2) terkait adanya perbedaan pandangan terhadap fungsi DAS di antara masyarakat setempat, pengambil kebijakan, dan pengetahuan pakar. Hasil RHA diharapkan dapat menjadi  bahan negosiasi saling menguntungkan antara hulu-hilir, sehingga dapat menghasilkan mekanisme aturan main dan insentif dalam mempertahankan fungsi hidrologi berdasarkan fakta di lapangan.